MAKALAH PELAFALAN,PENGGUNAAN HURUF DAN PEMISAHAN SUKU KATA
Tuesday, January 28, 2020
Add Comment
Dasar yang paling baik untuk
melambangkan bunyi ujaran atau bahasa adalah satu bunyi ujaran yang membedakan
arti dilambangkan dengan satu lambang tertentu. Lambang yang dipakai untuk
mewujudkan bunyi ujaran itu biasa disebut huruf. Dengan huruf-huruf itulah manusia
dapat menuliskan gagasan yang semula hanya disampaikan secara lisan.
Keseluruhan peraturan tentang cara
menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dalam suatu bahasa termasuk masalah
yang dibicarakan dalam ejaan. Yang dimaksud dengan ejaan adalah cara melafalkan
dan menuliskan huruf, kata, unsur serapan, dan tanda baca. Bahasa Indonesia
menggunakan ejaan fonemik, yaitu hanya satuan bunyi yang berfungsi dalam bahasa
Indonesia yang dilambangkan dengan huruf.
Ejaan yang berlaku dalam bahasa
Indonesia sekarang menganut sistem ejaan fonemis, yaitu satu bunyi dilambangkan
dengan satu tanda (huruf). Akan tetapi, kenyataannya masih terdapat kekurangan.
Kekurangan tersebut terlihat pada adanya fonem (bunyi) yang masih dilambangkan
dengan dua tanda, yaitu /ng/, /ny/, /kh/, dan /sy/. Sebaliknya, ada dua fonem
yang dilambangkan dengan satu tanda saja, yaitu /e/ pepet dan /e/ taling. Hal
ini dapat menimbulkan hambatan dalam penyusunan ejaan bahasa Indonesia yang
lebih sempurna.
A. Pelafalan
Salah satu hal yang diatur dalam
ejaan ialah cara pelafalan atau cara pengucapan dalam bahasa Indonesia. Pada
akhir-akhir ini sering kita dengar orang melafalkan bunyi bahasa Indonesia
dengan keraguan. Keraguan yang dimaksud ialah ketidakteraturan pengguna bahasa
dalam melafalkan huruf. Kesalahan pelafalan dapat terjadi karena lambang
(huruf) diucapkan tidak sesuai dengan bunyi yang melambangkan huruf tersebut.
Kaidah pelafalan bunyi bahasa
Indonesia berbeda dengan kaidah bunyi bahasa lain, terutama bahasa asing,
seperti bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Jerman. Dalam bahasa
tersebut, satu bunyi yang dilambangkan dengan satu huruf, misalnya /a/ atau
/g/, dapat diucapkan dengan berbagai wujud bunyi bergantung pada bunyi atau
fonem yang ada di sekitarnya. Lain halnya dengan bahasa Indonesia, ketentuan
pelafalan yang berlaku dalam bahasa Indonesia cukup sederhana, yaitu
bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia harus dilafalkan sesuai dengan apa yang
tertulis. Tegasnya, lafal dalam bahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan.
Perhatikan contoh berikut!
-teknik Lafal yang salah: tehnik
Lafal yang benar: teknik [t e k n i k]
-tegel Lafal yang salah: tehel Lafal
yang benar: tegel [t e g e l]
-energi Lafal yang salah: enerhi,
enersi, enerji Lafal yang benar: energi [e n e r g i]
Masalah lain yang sering muncul
dalam pelafalan ialah mengenai singkatan kata dengan huruf. Sebaiknya pemakai
bahasa memperhatikan pelafalan yang benar seperti yang sudah dibakukan dalam
ejaan.
Perhatikan pelafalan berikut!
-TV Lafal yang salah: [tivi] Lafal
yang benar: [t e ve]
-MTQ Lafal yang salah: [emtekyu],
[emtekui] Lafal yang benar: [em te ki]
Hal yang perlu mendapat perhatian
ialah mengenai pemakaian dan pelafalan huruf pada penulisan dan pelafalan nama
diri. Di dalam kaidah ejaan dikatakan bahwa penulisan dan pelafalan nama diri,
yaitu nama orang, badan hukum, lembaga, jalan, kota, sungai, gunung, dan
sebagainya disesuaikan dengan kaidah ejaan yang berlaku, kecuali kalau ada
pertimbangan lain. Pertimbangan yang dimaksud ialah pertimbangan adat, hukum,
agama, atau kesejahteraan, dengan kebebasan memilih apakah mengikuti Ejaan
Republik (Soewandi) atau Ejaan yang Disempurnakan. Jadi, pelafalan nama orang
dapat saja diucapkan tidak sesuai dengan yang tertulis, bergantung pada pemilik
nama tersebut.
Demikian pula halnya dengan
pelafalan unsur kimia, nama minuman, atau nama obat-obatan, bergantung pada
kebiasaan yang berlaku untuk nama tersebut. Jadi, pemakai bahasa dapat saja
melafalkan unsur tersebut tidak sesuai dengan yang tertulis. Hal tersebut
memerlukan kesepakatan lebih lanjut dari pakar yang bersangkutan.
Perhatikan contoh berikut!
- coca Lafal yang benar: cola [ko ka
ko la]
- HCI Lafal yang benar: [Ha Se El]
- CO2 Lafal yang benar: [Se O2]
Kaidah pelafalan yang perlu
dibicarakan di sini ialah pelafalan bunyi /h/. Pelafalan bunyi /h/ ada
aturannya dalam bahasa Indonesia. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal
yang sama harus dilafalkan dengan jelas, seperti pada kata mahal, pohon, luhur,
leher, sihir. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang berbeda
dilafalkan dengan lemah atau hampir tidak kedengaran, seperti pada kata tahun,
lihat, pahit. Bunyi /h/ pada kata seperti itu umumnya dilafalkan dengan bunyi
luncur /w/ atau /y/, yaitu tawun, liyat, payit. Aturan ini tidak berlaku bagi
kata-kata pungut karena lafal kata pungut disesuaikan dengan lafal bahasa
asalnya, seperti kata mahir, lahir, kohir, kohesi.
B. Pemakaian Huruf
Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan menggunakan 26 huruf didalam abjadnya, yaitu mulai dengan huruf
/a/ sampai dengan huruf /z/. Beberapa huruf di antaranya, yaitu huruf /f/, /v/,
/x/, dan /z/, merupakan huruf serapan dan sekarang huruf-huruf tersebut dipakai
secara resmi di dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian huruf itu
tetap dipertahankan dan jangan diganti dengan huruf lain.
Contoh:
- fakta tidak boleh diganti dengan
pakta
- aktif tidak boleh diganti dengan
aktip
- valuta tidak boleh diganti dengan
paluta
- pasif tidak boleh diganti dengan
pasip
- ziarah tidak boleh diganti dengan
jiarah, siarah
Meskipun huruf-huruf serapan sudah
dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia, harus kita ingat ketentuan pemakaian
huruf /q/ dan /x/. Huruf /q/ hanya dapat dipakai untuk nama istilah khusus,
sedangkan untuk istilah umum harus diganti dengan huruf /k/. Demikian pula
huruf /x/ dapat dipakai untuk lambang, seperti xenon, sinar x, x, + y. Huruf
/x/ apabila terdapat pada tengan kata dan akhir kata diganti dengan huruf gugus
konsonan /ks/.
Contoh:
- Quran tetap ditulis Quran (nama)
- aquarium harus ditulis dengan
akuarium
- quadrat harus ditulis dengan
kuadrat
- taxi harus ditulis dengan taksi
- complex harus ditulis dengan
kompleks
Huruf /k/ selain untuk melambangkan
bunyi /k/, juga digunakan untuk melambangkan bunyi huruf hamzah (glotal).
Ternyata masih ada pengguna bahasa yang menggunakan tanda ‘ain’ /’/ untuk bunyi
hamzah (glotal) tersebut.
Contoh:
- ta’zim harus diganti dengan taksim
- ma’ruf harus diganti dengan makruf
- da’wah harus diganti dengan dakwah
- ma’mur harus diganti dengan makmur
C. Pemisahan Suku Kata
Setiap suku kata bahasa Indonesia
ditandai oleh sebuah vokal. Huruf vokal itu dapat didahului atau diikuti oleh
huruf konsonan. Persukuan atau pemisahan suku kata biasanya kita dapati pada
penggantian baris, yaitu terdapat pada bagian akhir setiap baris tulisan.
Pengguna bahasa tidak boleh melakukan pemotongan kata berdasarkan kepentingan
lain, misalnya mencari kelurusan baris pada pinggir baris setiap halaman atau
hanya untuk memudahkan pengetikan. Penulisan harus mengikuti kaidah-kaidah
pemisahan suku kata yang diatur dalam Ejaan yang Disempurnakan seperti berikut
ini.
1) Apabila di tengah kata terdapat
dua vokal berurutan, pemisahan dilakukan di antara vokal tersebut. Contoh:
Main ma-in, taat ta-at
1. Apabila di tengan kata terdapat
dua konsonan berurutan, pemisahan dilakukan di antara kedua konsonan tersebut.
Contoh :
ambil am-bil undang un-dang
2. Apabila di tengan kata terdapat
konsonan di antara dua vokal pemisahannya dilakukan sebelum konsonan. Contoh:
bapak ba-pak sulit su-lit
3. Apabila di tengah kata terdapat
tiga atau empat konsonan, pemisahannya dilakukan di antara konsonan pertama dan
konsonan kedua. Contoh:
bangkrut bang-krut instumen
in-stru-men
4. Imbuhan termasuk awalan yang
mengalami perubahan bentuk partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya, penyukuannya dipisahkan sebagai satu kesatuan. Contoh:
minuman mi-num-an bantulah
ban-tu-lah
5. Pada akhir baris dan awal baris
tidak diperkenankan ada huruf yang berdiri sendiri, baik vokal maupun konsonan.
Contoh:
Salah
ikut j-
uga
masalah i-
tu
Benar
ikut ju-
ga
masalah
itu
6. Tanda pemisah (tanda hubung)
tidak diperkenankan diletakkan di bawah huruf dan juga tidak boleh berjauhan
dengan huruf, tetapi diletakkan di samping kanan huruf.
Contoh:
Salah Benar
pengam
bilan.
bela -
jar
Benar
pengam-
bilan .
bela-
jar
0 Response to "MAKALAH PELAFALAN,PENGGUNAAN HURUF DAN PEMISAHAN SUKU KATA"
Post a Comment